H anya melalui sebuah telepon menjadikan sebuah keinginan yang tak terkandali. Lidahnya memang lebih lihai dari ahli seahli di dunia. Memang terkesan biasa saja, tetapi benar-benar berdampak luar biasa. Hanya mengobrol dengan rekan terkait percintaan yang tidak dapat ditahan. Lalu, cinta mana yang ditunggu dan diulur lagi? Pertanyaan yang membosankan. Namun, nyatanya memang membosankan dan terkesan selalu dia remehkan. Namun, ia lupa adanya lelaki yang mendengar tiap detik dan tiap kata-kata dari lidah yang mungkin tak punya otak. Akhirnya, dua kata yang menancap dadakan di dada lelaki itu, bosan dan diremehkan. Lelaki itu merasa bahwa ia memberikan segalanya kepada perempuan itu, perempuan yang pernah mencari dan mengejar cintanya. Namun, perempuan itu kini berubah seubah-ubahnya waktu. "Matiin teleponnya, aku gak kuat dengar pembicaraan kamu," pungkasnya sambil mematikan telepon gengam perempuan itu. "Kamu kenapa sih selalu mengungkit masa lalu? Itukan dulu! Aku udah...