Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2021

26

 Sebuah surat untuk sosok menyegarkan diri dengan sejuta permen di kantong yang dapat dirogoh satu per satu memasukkan dalam mulut hingga tak bersisa di sepanjang kereta menyaksikan bukit, ladang, sawah yang seakan mengucap selamat datang dan tinggal Dia tidak pernah menunggu  hanya mengejar hingga kadang lelah dan menggunakan kereta Asyik saja dengan rel yang pasti mengantar ke tempat tujuan Dia rogoh lagi kantung itu sial, hanya ada karcis pembayaran tiket kereta lalu, ia rogoh kepalanya saat melihat jembatan panjang tempat ia bertemu selama semusim  bertemu dan lelakinya mengucap selamat tinggal sementara Ia menunggu hingga bayangnya musna disapu mentari senja Katanya, keretanya hampir sampai tetapi bayang jembatan tidak pernah usai Ia telan bayangan itu per lahan walau kantung hatinya ingin membuncah Tanpa mengunyah namun, bayang itu kembali terus bersahabat dengan nadi

Terbang

Samudera, mampukah aku menjadi sahabatmu? Atau aku harus memohon pada semesta menjadi bagiannya? Terbang bebas mengepak berkali mencicip segar udara Bahkan tak pernah melihat di bawah Kupaham gunung, bukit, atau apapun namanya hingga kuingin bercengrama dan bertutur  Melintasi dan membisikkan alunan dari tanahku Aroma tanah yang kupijak tenyata terlalu pekat Biarlah angin membawaku Dengan senang hati

Musim

K atanya, musim ini adalah musim hujan Musim yang mulai kubenci dengan berbagai hujan yang melelahkan Dengan berbalut jas atau mantel yang kulekatkan erat tanpa celah Namun, ternyata angin lebih piawai tuk menyusup ke celah Rasanya dingin ntah mengapa tidak untukku Mungkin hanya awal, tetapi burung menyaksikan bahwa aku tak kedinginan M usim sebenarnya apa? Apa yang diinginkan dari pembalikan huruf yang sebenarnya tak ajek? M usim, aku benci datang dan pergi Mengucap salam manis lalu pulang dengan hujan Menyusuri malam dengan berbagai kecup serangai angin  Sore ini lebih tepatnya, sepertinya motor itu mengantarku ke jalan salah Memutari kota yang tak kuketahui hingga menyontak pikiran lalu diam Kau dingin? tidak, biarlah kugengam dan tak kulepas mantal pink ini Lalu, mereka menyaksikan dirinya di sorot mata terdalamku Sesuatu yang berhenti dan memulai tuk bertambah di ujung mata Kumulai gas tuk pergi mengucap selamat  Menyusuri jalan awal hingga akhir  Kueja satu per satu...