Langsung ke konten utama

Percapakan pagi


“Kamu akan ke rumahku kan, Bunga? Tapi kamu jangan ke rumah pagi-pagi karena Ibuku harus bekerja.”

“Oke baiklah”

 

Siang itu, siang yang begitu mendebarkan untuk Bunga. Ia harus pergi untuk menemui lelaki yang katanya ingin menikahinya, ingin membina rumah tangga dengannya. Bunga telah mempersiapkan segalanya, buah tangan, baju, dan persiapan untuk menginap semalam ke kota lelaki dan ibunya tinggal. Ia bersiap naik travel ke kota itu.

 

Sesampainya di sana, lelaki itu menunggu di depan gerbang dengan senyum, tetapi tidak berusaha untuk menawarkan diri mengangkat bawaan Bunga. 


“Biarlah, aku bisa mengangkatnya seorang diri”


Kali ini, Bunga disambut dan seakan diterima di rumah itu. Rasanya aman pikirnya. Lalu, ibu sang anak pun menawarkan untuk beristirahat bukan di kamar yang biasanya disewakan bagi mahasiswa, tetapi kamar adik lelakinya yang sangat pantas untuk ditempati. 

 

Bunga akhirnya masuk ke kamar tersebut untuk beristirahat setelah beberapa saat basa-basi dengan ibu dan lelaki tersebut. Malam pun tiba, ia diajak untuk membeli makanan dengan motor yang baru saja dibeli keluarga itu.

 

Pesan ibunya, “Jangan lama-lama”

 

Entahlah, apa maksud ibunya, Bunga pun hingga saat ini tak dapat mencerna dengan baik. Bunga dan lelaki itu berjalan-jalan dan membeli makanan yang mereka inginkan. Namun, tidak ada yang spesial untuk saat itu. Semuanya biasa saja. Tidak ada yang mampu membuat Bunga sumringah. 

 

Mereka makan malam berdua dan dipantau oleh Ibunya. Setelahnya, semuanya bersiap untuk tidur dan menyelesaikan kehidupannya saat itu. 

 

Paginya, semuanya serba dadakan. Lelaki itu harus kembali ke kota X karena harus bertemu dengan berbagai orang yang memang harus ia jumpai dengan awal tujuannya adalah hal tersebut. 

 

Ibunya pun berusaha untuk berceramah dan banyak hal yang dilontarkan. Namun, salah satu yang masih menjaggal adalah bahwa Bunga harus menerima anaknya dengan segala sikap anaknya yang sangat menyebalkan, penuh dengan ketidakpastian, cuek, individualis, tidak peduli dengan pasangan, komunikasi yang sangat berantakan, dll yang membuat Bunga hanya diam seketika ketika ditanya apakah ia mau menikah dengan anak lelakinya dengan sikap anaknya yang seperti itu. 

 

“Semuanya aneh, bukankah semuanya dengan sikap yang buruk harus diubah dan tidak dipertahankan dengan begitu saja?” 

“Apakah sikap buruk tersebut harus diterima begitu saja?!”


Bunga hanya diam dan mengangguk saat ditanyakan saja. Katanya, Bunga harus datang ke rumah saudaranya yang nantinya akan digelar pertemuan keluarga. Bunga harus meninta maaf atas semuanya. Rasanya, begitu tidak adil jika hanya Bunga yang disalahkan dengan berbagai keegoisan para keluarga yang dipantik oleh lelaki itu. 

 

Ya, lebih tepatnya 2 tahun lalu, lelaki itu dengan sikapnya yang penuh cuek dan masa bodo membiarkan semuanya meledak dan hancur sia-sia. Semuanya, terjadi dengan mendadak dan melelahkan. Bunga hanya menerima situasi tersebut dengan penuh perjuangan. Berbagai hal ia lakukan untuk menyembuhkan hatinya, mental, dan fisiknya selama bertahun-tahun itu. 

 

Bunga pun mengiyakan untuk pergi ke sana. Ibunya pun menyuruh Bunga untuk banyak belajar terkait dengan budaya mereka yang mereka agung-agungkan. Bunga pun mengiyakan dengan berbagai hal pertimbangan. Tidak hanya itu, Bunga pun disuruh untuk membawa buah tangan yang katanya sudah bisa dilakukan pada budayanya yang mereka elu-elukan. 

 

Entahlah, Bunga semakin bingung. Mereka pun pergi ke kota X dan hati Bunga penuh dengan gejolak yang tidak pernah usai.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sinopsis Novel “Ronggeng Dukuh Paruk” Karya Ahmad Tohari

Berikut ini adalah sinopsis yang saya buat sendiri setelah membaca novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari. Selamat membaca. Dukuh Paruk, sebuah perkampungan di mana terdapat nilai estetika terhadap alamnya yang sederhana dan orang-orang yang sederhana pula di dalamnya. Rasus, seorang anak kecil yang hidup dan dibesarkan oleh Neneknya yang sudah tua renta. Rasus kecil tidak mengetahui cerita mengenai Ayahnya. Rasus kecil hanya mengetahui cerita mengenai Ibunya. Kisah seorang Ibu yang tak pernah dia temui dalam hidupnya. Rasus mendapatkan gambaran angan-angan mengenai seorang Ibu yang dia dapatkan pada sosok Neneknya yang tua renta. Kisah Ibu Rasus yang entah samapai sekarang masih hidup atau tidakpun menjadi angan-angan tersendiri bagi Rasus di dalam otaknya. Masa lalu mengenai racun tempe bongkrek yang menelan banyak korban di Dukuh Paruk. Cerita mengenai orang tua Srintil, salah seorang teman perempuan yang memikat hati Rasus. Cerita mengenai bagaimana Santajib dan istriny...

Aliran Tagmemik dan Karakteristiknya

Latar belakang munculnya aliran tagmemik   1. Aliran Tradisional (abad IV) dipelopori oleh Plato dan Aristoteles 2. Awal abad XX lahir aliran Struktural yang dipelopori oleh Ferdinan de Saussure 3. Pada tahun 1967 muncul aliran Transformasi yang dipelopori oleh N. Chomsky 4. Aliran Strukturalisme muncul aliran Relasionalisme 5. Muncul aliran yang lain yakni Case Grammer 6. Aliran Tradisional mempunyai keunggulan dalam analisis fungsi-fungsi kalimat, aliran Struktural mempunyai keunggulan dalam analisis kategori-kategori gramatikal, aliran Case Gramar mempunyai keunggulan dalam analisis peran dan aliran Relasionalis mempunyai keunggulan dalam analisis hubungan antar bagian di dalam struktur. Inilah sebenarnya yang melatarbelakangi munculnya aliran Tagmemik yang elektik dan eklektik yang memilih unsur-unsur tertentu yang cocok untuk dipadukan menjadi satu kesatuan di dalam model analisis Sejarah Perkembangan Aliran Tagmemik     ...

Contoh puisi Akrostik, puisi Cinquain dan puisi Haiku

Puisi Akrostik Pergi P: Petang yang menguning bergegas ke singgasana E: Enyah bersama pekikan burung senja R: Radak yang kauberi, remai terasa G: Gabak suatu pertanda I: Ilam-ilam yang kurasa Sajalah S: Saadah yang kau beri hanya fatamorgana semata A: Atau cecap manis sementara J: Jauh terbang tertiup angin senja A: Asa penuh dusta L: Loakkan saja! biar kumudah melupa A: Apatah bakar! dengan api membara H: Hangus tiada sisa! Kasih K: Kasih, maklumat yang kau beri sungguh menyayat hati A: Akhir sudah kisah ini, tegasmu berkali S: Sorang jelita hitam t’lah hadir bukan mimpi I: Ingin kumenangisi segala obituari janji H: Haruskah aku ikhlas berseluk perih? Puisi Cinquain 1) Duri Tajam menancap Kucoba untuk mencabut Sungguh, sangat perih menyayat Semat 2) Kenangan Tak telupakan Bergerak mengikut zaman Mencampur aduk segala perasaan Ingatan 3) Pendusta Malu terpelihara Berucap dengan bisa Membuat geram tiada tara Pemb...