Kau pernah berjanji bahwa kita akan bertemu siang itu lalu pergi kondangan bersama! Kau berjanji akan mempertemukanku dengan keluargamu! Namun, nyatanya, siang hingga malam itu, aku hanya menunggu hingga tertidur di tempat tidur tanpa adanya kabar darimu. Kamu menghilang. Aku tak terima itu. Mengapa kau hanya memikirkan perasaanmu dan menghilangkan aku sejenak dari hidupmu? Apakah itu adil? Kau bersenang-senang atas sebuah kebahagiaan, tapi kumenangis di atas penderitaan yang kau ciptakan sejak bertahun-tahun lalu. Kemarin sore, katanya, aku menolak untuk menikah dengan dirimu. Ya, aku menolaknya karena dirimu adalah dirimu yang penuh dengan sikap egois dan individualis, penuh dengan masa bodo dan cuek, penuh dengan komunikasi yang katamu mudah diubah, nyatanya, kita hanya penuh dengan debat kusir yang tidak menemui berbagai solusi. Kita hanya mencaci dan menyesal bahwa hubungan ini terus berjalan. Aku benci dengan semuanya! Aku pikir...