Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2023

14

B ukan waktu yang singkat ternyata, waktu memang bisa saja berjalan tanpa adanya apapun. Namun, hati takkan ada kata berbohong untuk segala sesuatu yang dipendam. Untuk segala sesuatu yang diharapkan. Namun, semuanya tidak semudah yang dibayangkan, bukan? Terasa tidak adil saat mengetahui bahwa apa yang dirasakan pada masa lampau masih membekas ketika sebuah temu muncul dałam waktu yang terduga. Bukankah kita sudah menjalani hidup masing-masing? Namun, mengapa kisah dulu masih membekas nyata dan sulit untuk dilupakan? Ini mimpiku berbelas tahun. Memendam dan menuju puncak hingga kutahu ini dan itu. Apakah aku hanya bersifat emosional? Terlalu membingungkan. Namun, mengapa berbelas tahun tetap membekas? Memang benar, 3 hati, 2 dunia, 1 hati yang sulit diubah. Apakah ada dunia yang mampu untuk mengubah itu? Semakin dewasa, kita sadar bahwa hal tersebut tidaklah mungkin.  Kamu tahu apa arti pertama? walau kau bukan menägganggapku yang pertama. Namun, kuyakinkan bahwa pertama bagiku s...

Menyerah

 Kau pernah berjanji bahwa kita akan bertemu siang itu lalu pergi kondangan bersama!  Kau berjanji akan mempertemukanku dengan keluargamu! Namun, nyatanya, siang hingga malam itu, aku hanya menunggu hingga tertidur di tempat tidur tanpa adanya kabar darimu.    Kamu menghilang. Aku tak terima itu. Mengapa kau hanya memikirkan perasaanmu dan menghilangkan aku sejenak dari hidupmu? Apakah itu adil? Kau bersenang-senang atas sebuah kebahagiaan, tapi kumenangis di   atas penderitaan yang kau ciptakan sejak bertahun-tahun lalu.    Kemarin sore, katanya, aku menolak untuk menikah dengan dirimu. Ya, aku menolaknya karena dirimu adalah dirimu yang penuh dengan sikap egois dan individualis, penuh dengan masa bodo dan cuek, penuh dengan komunikasi yang katamu mudah diubah, nyatanya, kita hanya penuh dengan debat kusir yang tidak menemui berbagai solusi. Kita hanya mencaci dan menyesal bahwa hubungan ini terus berjalan. Aku benci dengan semuanya!   Aku pikir...

Percapakan pagi

“Kamu akan ke rumahku kan, Bunga? Tapi kamu jangan ke rumah pagi-pagi karena Ibuku harus bekerja.” “Oke baiklah”   Siang itu, siang yang begitu mendebarkan untuk Bunga. Ia harus pergi untuk menemui lelaki yang katanya ingin menikahinya, ingin membina rumah tangga dengannya. Bunga telah mempersiapkan segalanya, buah tangan, baju, dan persiapan untuk menginap semalam ke kota lelaki dan ibunya tinggal. Ia bersiap naik travel ke kota itu.   Sesampainya di sana, lelaki itu menunggu di depan gerbang dengan senyum, tetapi tidak berusaha untuk menawarkan diri mengangkat bawaan Bunga.  “Biarlah, aku bisa mengangkatnya seorang diri” Kali ini, Bunga disambut dan seakan diterima di rumah itu. Rasanya aman pikirnya. Lalu, ibu sang anak pun menawarkan untuk beristirahat bukan di kamar yang biasanya disewakan bagi mahasiswa, tetapi kamar adik lelakinya yang sangat pantas untuk ditempati.    Bunga akhirnya masuk ke kamar tersebut untuk beristirahat setelah beberapa saat basa-b...

Menikah

 Bunga kira, menikah adalah solusi dari bertahun-tahun yang menguras segala sesuatunya, baik mental, fisik, waktu, uang, maupun hal lainnya. Menikah seakan hanya menjadi momok yang menakutkan baginya kini. Lebih tepatnya adalah menikah dengan orang yang salah, dengan pria yang terus mempertahankan sikap egois dan individualisnya. Lalu, keluarganya yang selalu membelanya tanpa mencoba untuk menasihati yang semestinya laki-laki itu lakukan. Bunga terdiam dan menunduk untuk kebingungannya kali ini.    Bunga tak ingin memiliki pernikahan seperti orang yang gagal yang pernah ia temui. Ia pun menjadi sebuah ketidakadilan atas semua egoism pihak-pihak yang besar kepala tersebut. Ini Agustus, bulan yang ia sangat cintai dan penuh pengharapan di dalamnya. Bukan karena kemerdekaan negaranya, tapi ada sesuatu yang menyentuh bagi kalbunya.    Bunga dan lelaki itu sudah membina hubungan yang sangat lama dan panjang dengan penuh kekompleksan dan penuh rasa ingin menyerah pada...