Aku sudah lelah dengan semua kebun binatang ini. Melihat sekitar yang berisi para ular yang tidak pernah berhenti berdesis. Sepertinya, pamorku sebagai singa di hutan dan kebun binatang ini membuat mereka segan untuk berbincang terkait buruan mereka, santap pagi, siang, dan malam. Bahkan, berbagai informasi terkait musuh manusia yang memungkinkan ada di hutan jika suatu saat aku pergi ke hutan.
Kebun binatang ini membuat semuanya jelas. Berbagai binatang seperti diam dan menikmati hidupnya dibandingkan dengan berkeliaran di hutan belantara, terutama hutan belantara yang sudah tidak ada lagi di daerah Jawa. Mengerikan memang manusia. Semuanya berusaha dilenyapkan demi kepuasan. Apakah kami sebagai binatang dapat berkomentar atau melakukan pengaduan seperti yang dilakukan oleh mereka di media sosialnya? Sepertinya, jika singa yang memainkan media sosial, sepertinya sangat janggal.
Rasanya bosan untuk selalu mendengar desis para ular yang sedang mengumpat di balik batu sungai buatan yang sangat besar itu. Apakah aku ingin berpartisipasi? Rasanya enggan, karena bisa mereka yang lumayan menyengat dan membuat sakit saja. Terlebih lagi, adanya burung-burung yang selalu berkicau berisik setiap pagi. Padahal, kebun binatang ini kuharap adanya suara tenang dan membuat semua binatang hidup nyaman. Toh, inikan program pemerintah. Walaupun kehidupan seperti dipenjara, hidup para binatang lebih aman karena akan diberi berbagai makanan yang memungkinakan kami sebagai binatang liar tidak mati kelaparan di hutan belantara itu. Oh, iya, ada yang perlu diketahui ketika adanya gerombolan gajah yang masuk kampung atau desa ya, intinya masuk ke perkumpulan tempat tinggal warga. Usut punya usut, mereka tidak mendapatkan makanan yang mumpuni. Hutan belantara yang mereka tinggali sudah gundul dan hanya penuh dengan tebalnya polusi. Sialan!
Selaku binatang, aku takkan pernah sepakat terkait apa yang dilakukan para manusia itu. Nyatanya, walaupun aku tak memiliki otak, aku masih dapat berpikir jernih.
Kembali ke kebun binatang ini. Sebenarnya, ini sudah beberapa tahun ku di sini. Oh ya, tidak hanya diberi makan gratis loh. Sebenarnyaaaaa, kami dijual. Sistem kapitalis. Banyak orang yang datang berduyung-duyung ke kebun binatang ini dengan membayar ya. Tentunya, dapat disimpulkan bahwa kami semuanya bekerja dan mendapat upah berupa makanan. Ingat loh, kami bukan manusia yang dapat membeli apa yang dikehendaki demi memuaskan nafsu sesaat untuk berbelanja.
Awalnya, aku mendapatkan beberapa teman singa lainnya di kebun binatang ini.Namun, mereka satu per satu harus pindah ke kebun binatang lainnya yang mumungkinkan lebih nyaman untuk ekosistem mereka. Rasanya, menjadi seorang singa di kebun binatang ini seperti nano-nano. Tentunya, aku tak pernah mencoba rasa permen itu. Aku ingat ketika adanya pengunjung yang datang dan mereka mengucapkan nano nano sebagai perlambangan perasaan yang bercampur aduk.
Jujur, kadang aku hanya dicap sebagai raja hutan atau kebun binatang di sini. Mereka tidak mau menyentuhku. Mungkin karena mereka takut dengan aumanku yang begitu menggelegar hingga manusia pun agak sulit menahannya. Semuanya memang merasa bahwa sulit untuk menghadapiku. Entahlah. Namun, kembali lagi sebagai kodrati dari seekor singa yang wajar sekali untuk mengaum dan menjadi raja di hutan.
Kembali lagi, kuceritakan kebun binatang ini. Kisahan minggu yang begitu nano nano lainnya. Minggu ini adalah ulang tahun kebun binatang yang tentunya membuat semua binatang senang karena akan adanya makanan istimewa bagi setiap binatang dengan porsi yang cukup. Dalama artian, ini adalah bonus yang harus patut disyukuri.
Mentari sudah mulai muncul tersenyum saat itu. Semuanya bersiap untuk menerima hadiah. Oh iya, kalau ulang tahun ini, tentunnya para binantanglah yang harus mengantre di kandang besar dan menunggu para petugas memberikan makanan yang diinginkan binatang itu sendiri. Aku pun mendapatakannya. Namun, entah mengapa aku belum lapar dan tidak seeuforia yang dimiliki oleh binatang lainnya. Entahlah.
Kulihat mereka lahap hingga tenggorokan mereka seperti ulat yang menggulung-gulungkan tubuhnya. Sepertinya mereka menikmati makanan tersebut. Pastinya, terutama gratis.
Kasus ini muncul karena ketika makan malam, aku diajak tuk berkumpul dan para binantang pun mengikutinya. Entah apa yang mereka pikirkan di kepalanya tentangku. Rasanya, kurang nyaman berada di kandang bintang lain ini. Hari ini, perkumpulan berada di kandang ular. Bayangkan bahwa ular yang memilikii tubuh kecil, harus didatangi oleh singa yang memiliki tubuh yang lebih besar dari dirinya. Atau kulihat gajah yang sulit masuk ke dalam kandang ini dan akhirnya memutuskan untuk melihat perkumpulan setelah dari pesta ulang tahun kebun bantang dari luar kandang. Setelah mengantre makanan, semua orang dapat kembali ke kandangnya.
Sebenarnya, aku lebih menyukai kembali ke kandangku karena banyak yang harus kulakukan. Namun, demi rasa tak enak membuat ketidaknyaman selalu mengakar di dalam tubuh ini. Apakah hal ini salah atau benar, tentunya setiap binatang memiliki pandangan berbeda.
Akhirnya, kuizin untuk pulang dan ingin segera melakukan apa yang ingin kulakukan. Akhirnya, aku pulang. Namun, kutahu bagaimana ekspresi mereka kepadaku dan satu kata yang kuingat ketika kupulang adalah suara teriakan dan hentakan keras, "HAH!"
Komentar
Posting Komentar