Reduplikasi (Proses Pengulangan) dalam Morfologi
dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Morfologi
Disusun oleh :
( Kelompok 3 )
Indah Mufidah (1205744)
Pertiwi Febriani (1205881)
Roma Kyo Kae S (1206341)
Tri Mustika A (1205711)
Wida Kartika A (1204584)
PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FALKUTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Bandung, 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Dalam bahasa Indonesia, terdapat
adanya Morfologi. Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan
atau mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta perubahan- perubahan bentuk kata
terhadap golongan dan arti kata . Berdasarkan bentuknya
kata dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu kata dasar dan kata turunan. Kata
yang menjadi dasar bagi bentukan kata yang lebih kompleks disebut kata dasar.
Sebagai contoh kata cari dapat dipakai sebagai kata dasar untuk
membentuk kata mencari, mencarikan, pencari dan lainnya. Begitu
pula kata jauh dapat dipakai sebagai kata dasar untuk kata berjauh,
menjauh, kejauhan dan sebagainya.
Pada umumnya kata dasar berupa bentuk bebas,
tanpa mengalami proses morfologis apa pun sudah mempunyai waktu mandiri dan
mempunyai makna leksikal dalam kalimat, seperti kata cari. Lalu adanya kata
yang dibentuk melalui proses transposisi, pengimbuhan (afiksasi) pengulangan
(reduplikasi) atau pemajemukan (komposisi) yang disebut dengan kaya turunan.
Dalam
kajian morfologi, terdapat adanya tipe-tipe proses morfologis, yaitu afiksasi
(imbuhan), reduplikasi (pengulangan), pemajemukan, derivikasi zero, derikasi
balik, perubahan intern, dan pemendekan.
1. 2 Rumusan dan Batasan
Masalah
1. 2. 1 Rumusan Masalah
1. Bagaimana reduplikasi yang terjadi menurut
bentuk?
2. Bagaimana reduplikasi yang
terjadi menurut arti?
1. 2. 2 Batasan Masalah
Dalam makalah
ini, penulis
membatasi masalah yang dibahas yaitu proses pengulangan(Reduplikasi) pada
Morfologi.
1.3 Landasan Teori
Ada beberapa pengertian reduplikasi menurut berbagai pakar
kebahasaan, yaitu:
- Pengulangan adalah proses pembentukan kata dengan mengulang bentuk dasar, baik secara utuh maupun sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak. (Soedjito,1995:109)
- Proses pengulangan atau reduplikasi ialah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. (Ramlan,1985:57)
- Proses pengulangan merupakan peristiwa pembentukan kata dengan jalan mengulang bentuk dasar, baik seluruhnya maupun sebagian, baik bervariasi fonem maupun tidak, baik berkombinasi dengan afiks maupun tidak. (Muslich,1990:48)
- Proses reduplikasi yaitu pengulangan satuan gramatikal, baik selurunya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan disebut kata ulang, satuan yang diulang merupakan bentuk dasar. (Solichi,1996:9)
- Pengulangan ialah proses perulangan bentuk dasar baik seluruhnya maupun sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak. (Soepeno,1982:20)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ciri khusus reduplikasi
- Selalu memiliki bentuk dasar dan bentuk dasar kata ulang selalu ada dalam pemakaian bahasa. Maksud ”dalam pemakaian bahasa” adalah dapat dipakai dalam konteks kalimat dan ada dalam kenyataan berbahasa.
Contoh:
Kata
Ulang
|
Bentuk
Dasar
|
Mengata-ngatakan
|
Mengatakan,
bukan mengata
|
Menyatu-nyatukan
|
Menyatukan,
bukan menyatu (sebab tidak sama dengan kelas kata ulangnya)
|
Melari-larikan
|
Melarikan,
bukan melari
|
Mempertunjuk-tunjukan
|
Mempertunjukkan,
bukan mempertunjuk
|
Bergerak-gerak
|
Bergerak,
bukan gerak (sebab kelas katanya berbeda dengan kata ulangnya)
|
Berdesak-desakkan
|
Berdesakan,
bukan berdesak
|
- Ada hubungan semantis atau hubungan makna antara kata ulang dengan bentuk dasar.
Arti bentuk dasar kata ulang selalu
berhubungan dengan arti kata ulangnya. Ciri ini sebenarnya untuk menjawab
persoalan bentuk kata yang secara fonemis berulang, tetapi bukan merupakan
hasil proses pengulangan.
Contoh:
- Bentuk alun bukan merupakan bentuk dasar dari kata alun-alun.
- Bentuk undang bukan merupakan bentuk dasar dari kata undang-undang.
- Pengulangan pada umumnya tidak mengubah golongan kata atau kelas kata. Apabila suatu kata ulang berkelas kata benda, bentuk dasarnya pun berkelas kata benda. Begitu juga, apabila kata ulang itu berkelas kata kerja, bentuk dasarnya juga berkelas kata kerja. Lebih jelasnya, jenis kata kata ulang, sama dengan bentuk dasarnya.
Contoh:
Kata
Ulang
|
Bentuk
Dasar
|
Gedung-gedung
(kata benda)
|
Gedung
(kata benda)
|
Sayur-sayuran
(kata benda)
|
Sayur
(kata benda)
|
Membaca-baca
(kata kerja)
|
Membaca
(kata kerja)
|
Berlari-lari
(kata kerja)
|
Berlari
(kata kerja)
|
Pelan-pelan
(kata sifat)
|
Pelan
(kata sifat)
|
Besar-besar
(kata sifat)
|
Besar
(kata sifat)
|
Tiga-tiga
(kata bilangan)
|
Tiga
(kata bilangan)
|
- Ciri umum reduplikasi sebagai proses pembentukan kata.
- Menimbulkan makna gramatis.
- Terdiri lebih dari satu morfem (Polimorfemis)
2.2. Macam- Macam Reduplikasi
Berdasarkan cara
mengulang bentuk dasarnya, pengulangan dapat digolongkan menjadi empat golongan
(Ramlan,2009:69), yaitu :
1.
Pengulangan Seluruh (Dwilingga)
Pengulangan seluruh ialah pengulangan seluruh bentuk dasar,
tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks.
Contohnya adalah:
Morfem
dasar
|
Kata
ulang
|
Sepeda
|
sepeda-sepeda
|
Buku
|
buku-buku
|
Kebaikan
|
kebaikan-kebaikan
|
Keselarasan
|
keselarasan-keselarasan
|
Sekali
|
sekali-sekali
|
Pertempuran
|
pertempuran-pertempuran
|
Pembangunan
|
pembangunan-pembangunan
|
Kesinambungan
|
kesinambungan-kesinambungan
|
Pengertian
|
pengertian-pengertian
|
Table diatas merupakan
contoh pengulangan seluruh dalam bahasa Indonesia, dibawah ini merupakan contoh
pengulangan dalam bahasa Mawangsaka( Sulawesi Selatan).
Morfem
dasar
|
Kata
ulang
|
Kontu
(batu)
|
Kontu-
kontu (batu-batu)
|
Gunu
(gunung)
|
Gunu-gunu
(gunung-gunung)
|
Lumu
(lumut)
|
Lumu-lumu
(lumut-lumut)
|
Boku
(buku)
|
Boku-boku
(buku-buku)
|
Meda
(meja)
|
Meda-meda
(meja-meja)
|
2.
Pengulangan Sebagian (Dwipurwa)
Pengulangan sebagian ialah pengulangan sebagian dari bentuk
dasarnya. Disini bentuk dasar tidak diulang seluruhnya. Hampir semua bentuk
dasar pengulangan golongan ini berupa bentuk kompleks, namun ada beberapa kata
yang berupa bentuk tunggal, yaitu :
Kata
dasar
|
Kata
ulang
|
Laki
|
Lelaki
|
Berapa
|
Beberapa
|
Pertama
|
Pertama-
tama
|
Segala
|
Segala-
galanya
|
a.
Bentuk meN- , misalnya :
Mengambil
mengambil-ambil
Membaca
membaca-baca
Menjalankan
menjalan-jalankan
Melambaikan
melambai-lambaikan
Mengemasi
mengemas-ngemasi
Mempertunjukkan
mempertunjuk-tunjukkan
Memperkatakan
memperkata-katakan
b.
Bentuk di- , misalnya :
Diusai
diusai-usai
Ditarik
ditarik-tarik
Dikemasi
dikemas-kemasi
Ditanami
ditanam-tanami
Disodorkan
disodor-sodorkan
Diperkatakan
diperkata-katakan
Diperlambatkan
diperlambat-lambatkan
c.
Bentuk ber- , misalnya :
Berjalan berjalan-jalan
Bermain
bermain-main
Bersiap bersiap-siap
Berlarut
berlarut-larut
Berkata
berkata-kata
d.
Bentuk ter- , misalnya :
Terbatuk
terbatuk-batuk
Tergoncang
tergoncang-goncang
Tersenyum
tersenyum-senyum
Terbalik
terbalik-balik
e. Bentuk ber-an ,
misalnya :
Berlarian
berlari-larian
Berhamburan
berhambur-hamburan
Berjauhan
berjauh-jauhan
Berdekatan
berdekat-dekatan
Berpukulan
berpukul-pukulan
Bersentuhan
bersentuh-sentuhan
f. Bentuk –an ,
misalnya :
Minuman
minum-minuman
Makanan
makan-makanan
Tumbuhan
tumbuh-tumbuhan
Nyanyian
nyanyi-nyanyian
Sayuran
sayur-sayuran
g.
Bentuk ke- , misalnya :
Kedua
kedua-dua
Ketiga
ketiga-tiga
Keempat
keempat-empat
3.
Pengulangan yang Berkombinasi dengan Proses Pembubuhan Afiks
Bentuk dasar diulang seluruhnya dan berkombinasi dengan
proses pembubuhan afiks. Pengulangan itu terjadi bersama-sama dengan proses
pembubuhan afiks dan bersama-sama pula mendukung satu fungsi. Misalnya :
Kereta
kereta-keretaan
Anak
anak-anakan
Rumah
rumah-rumahan
Gunung
gunung-gunungan
Orang
orang-orangan
Kera
kera-keraan
Hitam
kehitam-hitaman
Putih
keputih-putihan
Merah
kemerah-merahan
Luas
seluas-luasnya
Tinggi
setinggi-tingginya
Jelek
sejelek-jeleknya
Mahal
semahal-mahalnya
Dalam
sedalam-dalamnya
4.
Pengulangan dengan Perubahan Fonem
Reduplikasi atas seluruh bentuk dasar yang salah satunya
mengalami perubahan suara pada suatu fonem atau lebih. Misalnya :
a.
Perubahan Fonem Vokal
Gerak
gerak-gerik
Robek
robak-rabik
Serba
serba-serbi
b.
Perubahan Fonem Konsonan
Lauk
lauk-pauk
Ramah
ramah-tamah
Sayur
sayur-mayur
Tali
tali-temali
5.
Trilingga
Pengulangan onomatope
tiga kali dengan variasi fonem. Contoh :
1. Cas-cis-cus
2. Dag-dig-dug
3. Ngak-ngek-ngok
4. Dar-der-dor
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3. 1 Simpulan
Jadi, proses pengulangan atau
reduplikasi ialah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun
sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. (Ramlan,1985:57). Lalu, adapula pengertian proses pengulangan merupakan
peristiwa pembentukan kata dengan jalan mengulang bentuk dasar, baik seluruhnya
maupun sebagian, baik bervariasi fonem maupun tidak, baik berkombinasi dengan
afiks maupun tidak. (Muslich,1990:48)
Adapun ciri-ciribentuk dasar pengulangan bahasa indonesia
menurut Muslich(1990:48) adalah :
1. Kelas kata bentuk dasar kata ulang sama dengan kelas
kata-kata ulangnya.
2. Bentuk dasar kata ulang selalu ada dalam pemakainan bahasa.
3. Arti bentuk dasar
kata ulang selalu berhubungan dengan arti kata ulangnya.
Proses
pengulanganpun dapat dibagi menurut jenis-jenisnya, yaitu :
- Kata ulang utuh, adalah kata ulang yang diulang secara utuh.
Contoh: gedung + { R } =
gedung-gedung.
- Kata ulang sebagian, adalah kata ulang yang pada proses pengulangannya hanya sebagian dari bentuk dasar saja yang diulang.
Contoh: berjalan + { R } =
berjalan-jalan
- Kata ulang berimbuhan, adalah kata ulang yang mendapatkan imbuhan atau kata ulang yang telah diberi afiks. Baik itu prefiks, infiks maupun sufiks.
Contoh: pintar + { R } = se- +
pintar-pintar + -nya
=
sepintar-pintarnya.
- Kata ulang berubah bunyi (fonem), adalah kata ulang yang berubah bunyi dari bentuk dasarnya setelah terjadinya proses pengulangan.
Contoh: sayur + { R } = sayur-mayur\
Dan
dalam proses pengulangan dapat memproduksi berbagai makna, yaitu :
1. Menyatakan makna ‘banyak’ (berhubungan dengan bentuk
dasar).
2. Menyatakan makna ‘banyak’ ( berhubugan dengan kata yang
“diterangkan”).
3. Menyatakan makna ‘tak bersyarat’ dalam kalimat.
4. Menyatakan makna ‘menyerupai’.
5. Menyatakan makna ‘dilakukan berulang-ulang’.
6. Menyatakan makna‘perbuatan yang dilakukan oleh dua
pihak’ atau makna ‘saling’.
7. Menyatakan makna ‘hal-hal yang berhubungan dengan suatu
pekerjaan’.
8. Menyatakan makna ‘agak’.
3.2 Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya
dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para
pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada
penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penyusun pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
Daftar Pustaka
Ramlan, M. (2009). Ilmu Bahasa Indonesia, Morfologi. Yogyakarta: C.V
Karyono.
Komentar
Posting Komentar