a. Pengertian
•
Aksara adalah suatu sistem simbol visual yang tertera pada kertas
maupun media lainnya (batu, kayu, kain, dll) untuk mengungkapkan unsur-unsur
yang ekspresif dalam suatu bahasa. Istilah lain untuk menyebut aksara adalah
sistem tulisan. (Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)
Aksara (KBBI) :
1. Sistem tanda grafis
yg digunakan manusia untuk berkomunikasi dan sedikit banyaknya mewakili ujaran;
2. Jenis sistem tanda
grafis tertentu, misalnya: aksara Pallawa, aksara Inka;
3. Huruf;
b. Jenis-jenis
Aksara
Berdasarkan sejarah
tatar (kawasan) Sunda, terdapat tujuh bentuk/jenis aksara. Antara lain:
- Pallawa
- Pranagari
Aksara Nagari atau Aksara
Pra-Nagari adalah aksara yang digunakan untuk menuliskan Bahasa Sanskerta
dan Bahasa Prakerta di daerah India bagian utara dan tengah pada sekitar abad
VIII – XIII M.
Sebagian ahli
paleografi menyebut Aksara Nagari dengan nama Aksara Siddham.
Aksara Siddham
merupakan saudara varian Aksara Nagari yang berkembang di luar India; yaitu di
Cina, Korea, dan Jepang.

- Sunda Kuno
Aksara Sunda Kuna merupakan aksara
yang berkembang di daerah Jawa Barat pada Abad XIV-XVIII yang pada awalnya
digunakan untuk menuliskan Bahasa Sunda Kuna. Aksara Sunda Kuna merupakan
perkembangan dari Aksara Pallawa yang mencapai taraf modifikasi bentuk khasnya
sebagaimana yang digunakan naskah-naskah lontar pada Abad XVI.
- Jawa (cacarakan)
Hanacaraka atau
dikenal dengan nama carakan atau cacarakan adalah aksara turunan aksara Brahmi
yang digunakan untuk naskah-naskah berbahasa Jawa, bahasa Madura, bahasa Sunda,
bahasa Palembang, dan bahasa Sasak). Aksara Jawa modern adalah modifikasi dari
aksara Kawi dan tergolong aksara abugida. Hal ini bisa dilihat dengan struktur
masing-masing huruf yang paling tidak mewakili 2 buah huruf (aksara) dalam
huruf latin.

- Arab (pegon)
Huruf Pegon
adalah huruf Arab yang dimodifikasi untuk menuliskan bahasa Jawa juga Bahasa
Sunda.
Kata Pegon konon
berasal dari bahasa Jawa pégo yang berarti menyimpang.
Bahasa Jawa yang
ditulis dalam huruf Arab dianggap sesuatu yang tidak lazim.
Berbeda dengan
huruf Jawi, yang ditulis gundul, pegon hampir selalu dibubuhi tanda vokal.
Jika tidak, maka
tidak disebut pegon lagi melainkan Gundhil.

•
Huruf Pegon ini merupakan huruf konsonan sebelum digandeng
dengan huruf vokal dan sandangan huruf lain. Untuk menjadikan huruf vokal maka
harus ditambahkan huruf vokal yaitu :
Alif (ا) : untuk
bunyi A
Ya (ي) : untuk bunyi I
Wawu (و) : untuk bunyi u
•
Serta harus ditambah sandangan (bantu) yaitu fathah (َ) ,
pȇpȇt (~) dan Hamzah (ء).
Kaidah – kaidah
aksara Pegon
1.
Huruf JIM (ج)
ditambah 2 titik menjadi/dibaca CA/C
2.
Huruf FA (ف)
ditambah 2 titik menjadi/dibaca PA/P
3.
Huruf DAL (د)
diberi 3 titik di atas menjadi/dibaca DHA/DH
ket : titik diletakkan diatas untuk
keseragaman dengan ذ
4.
Huruf YA (ي)
ditambah 2 titik menjadi/dibaca NYA/NY
5.
Huruf KAF (ك)
ditambah 3 titik dibawah menjadi/dibaca GA/G
6.
Huruf AIN (ع)
ditambah 3 titik diatas menjadi/dibaca NGA/NG
ket : titik diletakkan diatas agar
seragam dengan غ
Huruf HA aksara Pegonya ada dua
yaitu HA (ه)
dan alif (ا),
karena HA dapat dibaca A contoh hayu dibaca ayu, hana
dibaca ana.
7. Huruf
Pegon ditambah alif (ا) berbunyi A, contoh أ/ها maka dibaca ha/a
Huruf Pegon diberi
alif (ا)
berbunyi Ó (dalam bahasa Jawa) seperti bunyi O pada kata Gógó (tanaman padi
pada lahan kering) dan berbunyi A dalam bahasa Indonesia, namun di beberapa
daerah Jawa sering juga dibaca A :
ه + ا dibaca HO dalam
bahasa Jawa
HA dalam bahasa
Indonesia
Contoh : سورابايا Suroboyo : Jawa
Surabaya :
Indonesia.
8. Huruf
Pegon ditambah YA (ي) berbunyi I contoh
ن + ي : ني dibaca NI
ج + ي : جيdibaca JI
ك +ي : كي dibaca KI
Contoh : NIKI ditulis نيكي
9. Huruf
Pegon diberi tambahan Wawu (و) berbunyi U
أ + و : أو dibaca U
ه + و : هو dibaca HU
ن + و : نو dibaca NU
Contoh : KUKU ditulis كوكو:
10. Huruf Pegon di
Fathah dan digandeng dengan (ي) dibaca É, seperti E pada kata énak, pédé, saté.
اَ +ي : اَي dibaca E
هَ +ي :هَي dibaca HE
نَ + ي: نَي dibaca NE
Contoh : Enak : اَيناك
Juga dibaca Ё
seperti pada kata peyek, remeh, teh, namun dalam bahasa Indonesia tetap dibaca
É.
Contoh : Peyek : ڤيييك
11. Huruf Pegon di
Fathah dan digandeng dengan Wawu (و) untuk bunyi O, seperti pada kata ijo,
bojo, loro, soto.
اَ +و : اَو dibaca O
نَ +و :نَو dibaca NO
هَ +و : هَو dibaca HO
Contoh : Bojo loro
: بَوجَو لَورَو
Soto Babat : سَوتَو بابات
12. Huruf Pegon
diberi sandangan Pȇpȇt (~) atau tidak diberi sandangan apapun dibaca Ê seperti
bunyi e pada kata sejuk, seger, semar, semangka.
آ atau ا dibaca E
ۿ atau ه dibaca HE
ن atau ن dibaca NE
Contoh : Negara :نڮارا atau نڮارا
Semangka : سماڠكاatau سماڠكا
Penulisan Sastra
Pegon dengan konsonan rangkap
Penulisan konsonan
rangkap pengucapannya seolah – olah ada bunyi E (Pȇpȇt), maka jika diucapkan
perlahan – lahan akan terasa bunyi E (Pȇpȇtnya).
Contoh :
·
Program, jika dibaca perlahan akan terasa perogram.
·
Struktur, jika dibaca perlahan akan terasa seteruktur.
Cara penulisan
konsonan rangkap dengan Huruf Pegon adalah dengan mengembalikan bunyi E (Pȇpȇt)
yang seolah – olah ada pada konsonan rangkap tersebut.
Contoh :
·
Kata program maka jika ditulis Pegon menjadi ڨروڮرام,
·
Praduga menjadi ڨراڎوڮا.
·
Struktur menjadi ستروكتور .
Kaidah Hamzah
(alif) diawal kalimah
Alif diberi
Hamzah diatas dibaca A/O contoh : ono ditulis أنا.
2. Alif
diberi Hamzah dibawah dibaca I contoh : ini ditulis إني.
3. Alif
diberi Hamzah diatas dan Wawu (أو) dibaca U contoh : udara ditulis أوڎارا
4. Alif
diberi Hamzah dibawah dan Ya’ (ي) dibaca E, contoh : Enak ditulis يناكإ
5. Alif
tanpa Hamza h dan Wawu dibaca O contoh : Orang ditulis : اوراڠ
6. Alif
tanpa Hamzah, tanpa Wawu dan tanpa Ya’ dibaca E, contoh elang ditulis الاڠ
7. Alif
diberi Hamzah diatas dan Ya’ dibaca E. Contoh : Epson ditulis أيڨسان
Catatan :
1.
Kaidah menyambung Huruf – huruf Pegon sama dengan kaidah menyambung huruf –
huruf Hijaiyyah.
2.
Bahasa Indonesia atau Jawa yang diserap dari bahasa Arab tetap ditulis aslinya.
Contoh : kata "Islam" harus ditulis اسلام bukan
ايسلام ,
kata “Batin” ditulis باطن bukan باطين.
6. Latin.
Komentar
Posting Komentar