BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Indonesia
memiliki budaya yang sangat melimpah, keanekaragaman kebudayaan tersebut
meliputi berbagai sistem pengetahuan, oraganisasisosial, sistem peralatan hidup
dan kesenian (Koetjaraningrat, 1981;204).
Budaya Sunda dikenal
dengan budaya yang sangat menjujung tinggi sopan santun. Pada umumnya karakter
masyarakat Sunda ramah tamah (sameah). Murah senyum lemah lembut dan sangat
menghormati orang tua. Itulah cermin budaya dan kultur masyarkat Sunda. Didalam
bahasa Sunda diajarkan bagaimana menggunakan bahasa halus untuk orang tua.
Kebudayaan bukan
hanya merupakan aset suatu bangsa melainkan jati diri yang mncul dari khasanah
kehidupan melalui proses yang sangat panjang. Terhadap nilai-nilai budaya
bangsa tersebut, dipandang perlu adanya berbagai upaya yang harus dilakukan,
karena budaya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia karena kebudayaan
merupakan hasil dari pemikiran dan perbuatan manusia.
Tim penyusun
memandang pernikahan adat Sunda saat
ini lebih disederhanakan, sebagai akibat percampuran dengan ketentuan syariat
Islam dan nilai-nilai "keparaktisan" dimana "sang
penganten" ingin lebih sederhana dan tidak bertele-tele. Pada makalah ini
tim penyusun berusaha mengupas upacara perikahan adat sunda pada masa dahulu
yang masih kental dengan ucapan mantra-mantra pada saat prosesi siraman.
1.2 BATASAN
MASALAH
Pada penelitian
ini kami tim penyusun membatasi pembahasan sastra lisan yang digunakan oleh
masyarakat pada upacara pernikahan adat sunda yaitu prosesi siraman, ngeuyeukseureuh, dan saweran.
1.3 RUMUSAN
MASALAH
1.3.1
Sastra lisan jenis apa
yang digunakan oleh masyarakat pada upacara pernikahan adat sunda?
1.3.2
Bagaimana hubungan
perangkat-perangkat yang digunakan dalam upacara pernikahan adat sunda dengan
sastra lisan?
1.3.3
Siapa saja yang menjadi
narasumber dalam penelitian ini?
1.3.4
Kapan waktu prosesi siraman, ngeyeukseureuh, dan saweran dilaksanakan?
1.3.5
Tahapan apa saja yang
harus dilakukan sebelum upacara pernikahan adat sunda?
1.3.6
Mengapa masyarakat
masih menggunakan sastra lisan di dalam upacara pernikahan adat sunda?
BAB II
PEMBAHASAN MENGENAI
SASTRA LISAN PADA UPACARA PERNIKAHAN ADAT SUNDA
2.1 LANDASAN
TEORI
Abdul Wasid,
2005 dengan judul “Prosesi Perkawinan Adat Sunda Perspektif Fiqih (Studi di
kel. Karang Mekar kec. Cimahi Tengah kab. Bandung)” dalam penelitiannya
Abdul Wasid memaparkan mulai dari awal yaitu prosesi peminangan sampai acara
pestanya semua menggunakan adat Sunda, ada Sembilan tahapan yang harus dilalui
dalam prosesi pernikahan adat sunda.
Pernikahan adat sunda rangkaian acaranya di mulai dari
pembicaraan orang tua dari pihak kedua mempelai sampai acara yang dinamakan:
mukapanto (buka pintu). Bagi banyak orang Sunda, tahap-tahap proses adat
pernikahan wajib dilakukan.
2.2 PEMBAHASAN
MATERI
Sastra lisan yang digunakan pada prosesi pernikahan adat sunda
adalah sastra lisan jenis mantra. Adapun mantra-mantra yang digunakan pada
prosesi pernikahan adat sunda sebagai berikut:
Mantra sebelum
siraman
Cai
suci cai hurip
Cai
rahmat cai nikmat
Hayu diri urang mandi
Nya
mandi jeung para Nabi
Nya
siram jeung para Malaikat
Kokosok
badan rohani
Cur
mancur cahayaning Allah
Cur mancur cahayaning ingsun
Cai
suci badan suka
Mulih
badan sampurna
Artinya :
Air
suci air hidup hidup dengan segar dan sehat
Air
rahmat air nikmat
Mandi
bersama para Nabi
Mandi
bersama para Malaikat
Menggosok
badan rohani
Mancur
cahaya Allah
Mancur
cahaya saya
Air
suci badan suka
Badan
kembali sempurna
Kidung sawer
Pangapunten kasadaya
Kanu sami araya
Rehna bade nyawerheula
Ngedalkeun eusi werdaya
Dangukeun ieu piwulang
Tawis nu mikamelang
Teu pisan dek kumalancang
Rehna bade nyawerheula
Ngedalkeun eusi werdaya
Dangukeun ieu piwulang
Tawis nu mikamelang
Teu pisan dek kumalancang
Megatan ngahalang-halang
Bisina tacan kaharti
Tengetkeun masing rastiti
Ucap lampah ati-ati
Kudu silih beuliati
Lampah ulah pasalia
Singalap haying waluya
Upama pakiya-kiya
Ahirna matak pasea
Bisina tacan kaharti
Tengetkeun masing rastiti
Ucap lampah ati-ati
Kudu silih beuliati
Lampah ulah pasalia
Singalap haying waluya
Upama pakiya-kiya
Ahirna matak pasea
Artinya :
Mohon maaf semuanya
Untuk yang ada bersama
Akan nyawer dahulu
Memaparkan isi
Dangukeun
ieu piwulang
Dengarkan
ini petunjuk
Teu
pisan dek kumalancang
Tanda
yang mengkhawatirkan
Bisina
tacan kaharti
Menghentikan yang
mngahalangi
Takutnya belum mengerti
Tengetkeun masing rastiti
Hati- hati bertingkah laku
Harus saling membeli hati
Tingkah laku jangan bertentangan
Kalau kita ingin selamat
Kalau bertentangan
Akhirnya akan bertengkar
Takutnya belum mengerti
Tengetkeun masing rastiti
Hati- hati bertingkah laku
Harus saling membeli hati
Tingkah laku jangan bertentangan
Kalau kita ingin selamat
Kalau bertentangan
Akhirnya akan bertengkar
Mantra
sebelum pabetot bakakak
Bul kukus
mendung kamanggung
Kamanggung
nedapa payung
Kadewata neda
suka
Kapohaci neda
suci
Pun sapunka sang
rumuhun
Kaluhur
kasunanambu
Kabataranaga
raja
Kula amit
ngidung heula
Nyilokakeun
nyukcruklaku
Laku lamun
dutrahayu
Ngalaplambah nu
baheula
Lulurung tujuh
ngabandung
Beas di
awur-awur tumbal panguripan sajati
Ti pohaci sang
hyangsri
Di dang-dayang
tresnawat
Artinya :
Dengan cara
membakar kemenyan meminta pada yg
maha kuasa
Kepada yang
kuasa minta perlindungan
Kepada para dewa
minta diberi kasih sayang
Kepada sang
pencipta minta diberi kemulyaan
Terimakasih
kepada para leluhur
Kepada leluhur
para wali
Dan juga kepada
para dewa, raja
Kami memohon bersenandung
Menjelaskan
perjalanan hidup
Meminta kesempurnaan
Mengingat
kehidupan di masa lampau
Dengan cara 7
macam
Ditaburkan
sebagai tumbal kemulyaan sejati
Dari leluhur
sang hyang sri
Dikeramatkan
tresnawat
2.2.1
Dalam prosesi
pernikahan adat sunda terdapat beberapa alat peraga, seperti alat sawer: yang berupa
beras, telur, kunyit, kain 7 lembar, harupat (sejenis sapu lidi yang nanti akan
di bakar), benang, sirih, dll
2.2.2
Setiap alat peraga
memiliki simbol, seperti:
-
Beras merupakan simbol kemakmuran;
-Kunyit sebagai lambang kejujuran;
- Telur merupakan simbol asal mula manusia sebelum
lahir ke dunia, telur akan menetas menjadi jantan atau betina, begitu juga
dengan manusia.
1. Yang
menjadi narasumber pada penelitian ini adalah emak Odah yang berprofesi sebagai
perias pengantin pada upacara pernikahan adat sunda, dan sekaligus sebagai juru
saweran
2. Tahapan-tahapan
prosesi pernikahan adat sunda tradisional yang beragam tahapan-tahapannya. Tim
penulis paparkan tahapan yang berurutan diantaranya sebagai berikut:
a. Neundeun
Omong (MenyimpanUcapan): Yaitu, Pembicaraan orang tua atau pihak pria yang
berminat mempersunting seorang gadis;
b. Narosan
(Lamaran): merupakan awal kesepakatan untuk menjalin hubungan lebih jauh menuju
pernikahan;
c. Siraman:
acara memandikan calon pengantin agar bersih lahir dan batin. Dan dalam siraman
ini terdapat banyak nasihat-nasihat yang diberikan untuk calon mempelai.
Kemudian si anak meminta pengampunan kepada orang tua atas kesalahan pengantin
selama hidup bersama orang tua, dan mengucap terima kasih atas jasa-jasanya
selama hidupnya. Adapun mantra yang diucapkan pada prosesi siraman oleh juru
siraman adalah sebagai berikut:
Cai suci cai hurip
Cai rahmat cai nikmat
Hayu diri urang mandi
Nya mandi jeung para Nabi
Nya siram jeung para
Malaikat
Kokosok badan rohani
Cur mancur cahayaning
Allah
Cur mancur cahayaning
ingsun
Cai suci badan suka
Mulih badan sampurna
d. Ngeuyeuk
Seureuh: Kedua calon mempelai meminta restu pada orang tua masing-masing. Dalam
ngeuyeuk seureuh ini tertdapat alat
peraga berupa alat saweran, daun seureuh, daun seureuh berupa lembaran dan juga yang sudah di tek-tek (di lipat)
e. Akad
Nikah: Biasanya diserahkan pada KUA pada saat itu dilaksanakan sesuai prosedur
pemerintah dan dilanjurkan kembali prosesi selanjutnya sesuai adat sunda lagi.
f. Sawer
menurut KBBI menebarkan uang, beras, dsb kepada undangan oleh pengantin.
Saweran adalah upacara memberi nasihat kepada kedua mempelai yang dilaksanakan setelah acara akad nikah. Biasanya dalam saweran ini penyawer (juru sawer) menembangkan kidung (lirik) yang berisi nasihat-nasihat untuk menjalani kehidupan rumah tangga. Alat sawer
Saweran adalah upacara memberi nasihat kepada kedua mempelai yang dilaksanakan setelah acara akad nikah. Biasanya dalam saweran ini penyawer (juru sawer) menembangkan kidung (lirik) yang berisi nasihat-nasihat untuk menjalani kehidupan rumah tangga. Alat sawer
a. Beras.
b. Uang
recehan.
c. Permen
d. Kunyit
Dan lagu yang dinyayikan pada saat
prosesi siraman yang telah di transkripsikan adalah sebagai berikut :
Kidung sawer
Pangapunten ka sadaya
Kanu sami araya
Rehna bade nyawer heula
Ngedalkeun eusi werdaya
Dangukeun ieu piwulang
Tawis nu mikamelang
Teu pisan dek kumalancang
Kanu sami araya
Rehna bade nyawer heula
Ngedalkeun eusi werdaya
Dangukeun ieu piwulang
Tawis nu mikamelang
Teu pisan dek kumalancang
Megatan ngahalang-halang
Bisina tacan kaharti
Tengetkeun masing rastiti
Ucap lampah ati-ati
Kudu silih beuliati
Lampah ulah pasalia
Sing alap haying waluya
Upamapa kiya-kiya
Ahirna matakpasea
Bisina tacan kaharti
Tengetkeun masing rastiti
Ucap lampah ati-ati
Kudu silih beuliati
Lampah ulah pasalia
Sing alap haying waluya
Upamapa kiya-kiya
Ahirna matakpasea
g. Meuleum
Harupat (Membakar Harupat): Mempelai pria memegang batang harupat, pengantin
wanita membakar dengan lilin sampai menyala. Harupat yang sudah menyala
kemudian di masukan ke dalam kendi yang di pegang mempelai wanita, diangkat
kembali dan dipatahkan lalu di buang jauh-jauh.Melambangkan nasihat kepada
kedua mempelai untuk senantiasa bersama dalam memecahkan persoalan dalam rumah
tangga. Fungsi istri dengan memegang kendi berisi air adalah untuk mendinginkan
setiap persoalan yang membuat pikiran dan hati suami tidak nyaman.
h. Nincak
Endog (Menginjak Telur): Fungsi dari menginak telur adalah agar dalam menjalni
kehidupan rumah tangga, bisa sama-sama memecahkan masalah. Dan sang istri dapat
mengabdi kepada suaminya disimbolkan dengan membersihkan telapak kaki suami
yang telah menginjak telur.
i.
Pabetot Bakakak
(Menarik Ayam Bakar): Kedua mempelai duduk berhadapan sambil tangan
kanan mereka memegang kedua paha ayam bakakak di atas meja, kemudian pemandu
acara memberi aba-aba dengan nyanyian sebagai berikut :
Bul
kukus mendung kamanggung
Kamanggung
neda papayung
Kadewata
neda suka
Kapohaci
neda suci
Pun
sapunka sang rumuhun
Kaluhur
kasunan ambu
Kabatara
naga raja
Kula
amit ngidung heula
Nyilokakeun
nyukcruk laku
Laku
kamundut rahayu
Ngalap
lambah nu baheula
Lulurung
tujuh ngabandung
Beas
di awur-awur tumbal pangurip sajati
Ti
pohaci sang hyangsri
Di
dangdayang tresnawati
ii.
Karena dalam setiap
kata itu mengandung doa dan petunjuk hidup, yang menjadi
pedoman hidup yang masih dipercayai oleh masyarakat sekitar. Hanya pikiran yang
realistis, terbuka dan positiflah yang menjadikan orang lebih bijak dalam
menyikapi sesuatu. Jika pada masyarakat modern masih percaya pada kepercayaan
turun temurun, karena tidak realistis, tidak mau menerima masukan berdasar
kondisi empiris, dan berpikir sempit/terbatas. Tetapi tidak ada salahnya
menggunakan upacara pernikahan adat sunda karena setiap tahapannya mengandung
makna yang baik.
BAB III
PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
Sastra lisan yang digunakan pada prosesi pernikahan adat sunda
adalah sastra lisan jenis mantra. Adapun mantra-mantra yang digunakan pada
prosesi pernikahan adat sunda sebagai berikut:
Mantra sebelum
siraman
Cai
suci cai hurip
Cai
rahmat cai nikmat
Hayu diri urang mandi
Nya
mandi jeung para Nabi
Nya
siram jeung para Malaikat
Kokosok
badan rohani
Cur
mancur cahayaning Allah
Cur mancur cahayaning ingsun
Cai
suci badan suka
Mulih
badan sampurna
Artinya
:
Air
suci air hidup hidup dengan segar dan sehat
Air
rahmat air nikmat
Mandi
bersama para Nabi
Mandi
bersama para Malaikat
Menggosok
badan rohani
Mancur
cahaya Allah
Mancur
cahaya saya
Air
suci badan suka
Badan
kembali sempurna
Kidung sawer
Pangapunten kasadaya
Kanu sami araya
Rehna bade nyawerheula
Ngedalkeun eusi werdaya
Dangukeun ieu piwulang
Tawis nu mikamelang
Teu pisan dek kumalancang
Rehna bade nyawerheula
Ngedalkeun eusi werdaya
Dangukeun ieu piwulang
Tawis nu mikamelang
Teu pisan dek kumalancang
Megatan ngahalang-halang
Bisina tacan kaharti
Tengetkeun masing rastiti
Ucap lampah ati-ati
Kudu silih beuliati
Lampah ulah pasalia
Singalap haying waluya
Upama pakiya-kiya
Ahirna matak pasea
Bisina tacan kaharti
Tengetkeun masing rastiti
Ucap lampah ati-ati
Kudu silih beuliati
Lampah ulah pasalia
Singalap haying waluya
Upama pakiya-kiya
Ahirna matak pasea
Artinya :
Mohon maaf semuanya
Untuk yang ada bersama
Akan nyawer dahulu
Memaparkan isi
Dengarkan yang saya
ucapkan
Dengarkan
ini petunjuk
Teu
pisan dek kumalancang
Tanda
yang mengkhawatirkan
Takutnya belum mengerti
Menghentikan yang
mngahalangi
Takutnya belum mengerti
harus saling menyayangi
Hati- hati bertingkah laku
Harus saling membeli hati
Tingkah laku jangan bertentangan
Kalau kita ingin selamat
Kalau bertentangan
Akhirnya akan bertengkar
Takutnya belum mengerti
harus saling menyayangi
Hati- hati bertingkah laku
Harus saling membeli hati
Tingkah laku jangan bertentangan
Kalau kita ingin selamat
Kalau bertentangan
Akhirnya akan bertengkar
Mantra
sebelum pabetot bakakak
Bul kukus
mendung kamanggung
Kamanggung
nedapa payung
Kadewata neda
suka
Kapohaci neda
suci
Pun sapunka sang
rumuhun
Kaluhur
kasunanambu
Kabataranaga
raja
Kula amit
ngidung heula
Nyilokakeun nyukcruklaku
Laku lamun
dutrahayu
Ngalaplambah nu
baheula
Lulurung tujuh
ngabandung
Beas di
awur-awur tumbal panguripan sajati
Ti pohaci sang
hyangsri
Di dang-dayang
tresnawatdi
Artinya :
Dengan cara
membakar kemenyan meminta pada yg
maha kuasa
Kepada yang
kuasa minta perlindungan
Kepada para dewa
minta diberi kasih sayang
Kepada sang
pencipta minta diberi kemulyaan
Terimakasih
kepada para leluhur
Kepada leluhur
para wali
Dan juga kepada
para dewa, raja
Kami memohon bersenandung
Menjelaskan
perjalanan hidup
Meminta
kesempurnaan
Mengingat
kehidupan di masa lampau
Dengan cara 7
macam
Ditaburkan
sebagai tumbal kemulyaan sejati
Dari leluhur
sang hyang sri
Dikeramatkan tresnawat
Sastra
lisan yang digunakan pada upacara adat pernikahan tersebut mempunyai makna yang
berbeda disetiap sesi upacaranya. Dalam hal ini kami mewawancarai salah satu
sumber, yaitu Mak odah salah satu perias pengantin dan seorang yang ahli dalam
prosesi pernikahan adat sunda.
3.2 Saran
Demikian
yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis
banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah
di kesempatan – kesempatan berikutnya.
Semoga
makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman
pada umumnya. Pada makalah ini diharapkan dapat menjelaskan bagaimana prosesi
upacara pernikaan adat sunda.
Daftar Pustaka
Komentar
Posting Komentar