Entah mengapa, aku benci dengan kata itu. Sering kali, berkali-kali atau bahkan jutaan kali pun, aku tidak menyukainya.
Pagi hari, dia mengabariku ingin pulang ke kampungnya alias rumahnya karena papanya yang sedang sakit keras dan tidak sadarkan diri semalam karena muntah hitam yang entah tak jelas asal muasal penyebabnya. Entahlah. Ia sudah siap-siap dan dengan berbagai peralatan dan tasnya yang akan dibawa. Penerbangan ke Padang membawanya harus transit ke Jakarta dengan beberapa puluh menit lalu singgah sebentar dan pergi terbang.
Dia memang sulit dihubungi, tetiba. Katanya, dia khawatir dan entah mengapa semuanya terasa berbeda saat dia menolak jika aku ikut ke kota itu. Entahlah, mungkin aku harus menulis kisahan yang terjadi beberapa minggu lalu di kota ini, kota di tempat aku ditelantarkan oleh lelaki yang kupercayai dia adalah calon imamku dan berbagai kesalahpahaman lainnya. Sepanjang dua minggu ini, aku hanya sakit dan sakit. Hingga hari ini pun.
Ia sangat sulit dihubungi dan membuatku was-was. Aku tak mau dia diambil oleh siapapun. Entahlah, banyak hal yang sulit dijelaskan dan dijabarkan melalui tulisan dan lisan mengapa aku tetap mempertahankan lelaki ini. Kupasrahkan saja chatku yang dibalas ala kadarnya. Mungkin dia memang sedang rungsing atau bingung terkait berbagai hal yang mendadak ini. Sudahlah.
Kekhawatiranku timbul dan membuatku terasa tidak sedap dipandang ibuku. Namun, pada akhirnya, ibuku menghubungi lelaki ini dan berdoa atas keselamatannya.
Hari ini, aku memang sedang berobat kembali karena sakitku yang tak kunjung pulih. Entahlah, pastinya, ini adalah akumulasi stres yang kuperoleh atas peritiwa dua mingguan lalu tersebut. Bapil pada musim Omicron ini mengharuskan aku untuk mengambil tes usap cepat dan ketika aku ingin memfoto hasil tersebut sebelum kuserahkan pada dokter, ada telepon masuk yang menghubungiku. Katanya, papanya si lelaki meninggal dan si lelaki sulit dihubungi sehingga aku diminta untuk menghubungi si lelaki untuk mengabarkan berita duka tersebut.
"Lelaki sudah berangkat dan kini sedang ada di pesawat. Wajar jika belum ada balasan atau tidak dapat dihubungi, Tante", jawabku.
"Yasudah. Nanti kasih tahu ke lelaki ya, Ngin."
"Siap, Tante"
Setelah dia landing, kuhubungi segera. Entahlah,
Komentar
Posting Komentar