Mencoba mencari keributan di antara keributan yang sebenarnya tenang
Biarkan hujan merintik dan merintih hari ini
Kita sudah berada pada titik hamparan rumput menyore
Kulihat, semuanya berjalan, menyusuri jalan tangga sore itu
Bersama pilihan mereka, tertawa atau bahkan menghargai hidup di selah harapan
Cukup tenang, tetapi riuh
Cukup nyaman, tetapi menusuk
Mengapa?
Sore ini, katanya, tempat ini, tempat ternyaman untuk melihat matahari pulang ke peraduannya
Kududuk sendirian bersamping 2 gadis muda yang sibuk dengan pentol bakso pedasnya
Kunikmati makananku pun, berbincang, sama seperti mereka
Ternyata, ada yang riuh dan goyah di kepalaku
Kembali ke peraduan pun,
Kubuang sampah dengan luaran gerimis rintik
Semuanya, menderu hingga aku bingung untuk menulis sebuah rasa yang sulit diungkapkan
Musik ini, bukankah sebuah harapan?
Menyibak masa lampau yang sulit dicerna
Apakah aku belum berdamai dengan masa lalu?
Mengapa begitu riuh? atau aku hanya rindu?
Rupanya, ada yang belum selesai dari sebuah perjalanan
Kucoba bertahan dari semua pertanyaan yang menderu
Jika aku adalah sutradara, akan kubuat seperti yang kuinginkan
Nyatanya, aku hanya aktor seja
Terlalu menderu, sebenarnya, jika membahas harap, aku memilikinya
Atau sebuah peta masa depan? Aku sudah mempelajarinya
Namun, cita yang mungkin langka dan tidak diyakini berhasil
Ternyata, masih tersisa seperti sebuah lubang kain yang berbekas walau sudah dijahit
Apa benar aku belum berdamai?
Tidak, aku sudah berdamai dan bahagia
Namun, omong kosong jika kain berlubang tidak pernah berbekas!
Komentar
Posting Komentar