Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2021

LEPAS IMPAS

B ukan suatu hal yang tak pasti menimbang berbagai pilihan jalan di sudut Kota Besar Jakarta Penuh sesak dengan berbagai upaya  mengejar berlomba dikejar detik jam takkan lengah Peluh hanya peluh sampai penuh jika ini begini saja K ota ini telah menjadi rekan dalam masa hampir satu setengah tahun Menyaksikan peluh menumpuk di permukaan kulit berbalut katun Hanya menunggu sampai waktu menyambut dengan santun W aktu terasa panjang macetnya kota Jakarta dan menikmati dingin pagi  Menikmati pilihan bimbang tuk pikiran panjang meraba rekonsiliasi Mimpi masih singgah hingga pagi ini, bersemayam pada relung jeli Kusudah nasihati bahwa silakan pulang dan jangan menginap kembali  M impi bertahun, mimpi penuh bara api di dada yang culas Perasaan dan sebuah peluh yang harus dibayar tuntas Tidak hanya berjalan, tetapi berlari tuk pandangan luas  Kalbu perasaan dengan angan yang semestinya impas Janjiku pada Jakarta, pergi untuk kembali melepas Pada jalur semestinya menembus cakr...

HAH!

Aku  sudah lelah dengan semua kebun binatang ini. Melihat sekitar yang berisi para ular yang tidak pernah berhenti berdesis. Sepertinya, pamorku sebagai singa di hutan dan kebun binatang ini membuat mereka segan untuk berbincang terkait buruan mereka, santap pagi, siang, dan malam. Bahkan, berbagai informasi terkait musuh manusia yang memungkinkan ada di hutan jika suatu saat aku pergi ke hutan. Kebun binatang ini membuat semuanya jelas. Berbagai binatang seperti diam dan menikmati hidupnya dibandingkan dengan berkeliaran di hutan belantara, terutama hutan belantara yang sudah tidak ada lagi di daerah Jawa. Mengerikan memang manusia. Semuanya berusaha dilenyapkan demi kepuasan. Apakah kami sebagai binatang dapat berkomentar atau melakukan pengaduan seperti yang dilakukan oleh mereka di media sosialnya? Sepertinya, jika singa yang memainkan media sosial, sepertinya sangat janggal.  Rasanya bosan untuk selalu mendengar desis para ular yang sedang mengumpat di balik batu sungai b...

26

 Sebuah surat untuk sosok menyegarkan diri dengan sejuta permen di kantong yang dapat dirogoh satu per satu memasukkan dalam mulut hingga tak bersisa di sepanjang kereta menyaksikan bukit, ladang, sawah yang seakan mengucap selamat datang dan tinggal Dia tidak pernah menunggu  hanya mengejar hingga kadang lelah dan menggunakan kereta Asyik saja dengan rel yang pasti mengantar ke tempat tujuan Dia rogoh lagi kantung itu sial, hanya ada karcis pembayaran tiket kereta lalu, ia rogoh kepalanya saat melihat jembatan panjang tempat ia bertemu selama semusim  bertemu dan lelakinya mengucap selamat tinggal sementara Ia menunggu hingga bayangnya musna disapu mentari senja Katanya, keretanya hampir sampai tetapi bayang jembatan tidak pernah usai Ia telan bayangan itu per lahan walau kantung hatinya ingin membuncah Tanpa mengunyah namun, bayang itu kembali terus bersahabat dengan nadi

Terbang

Samudera, mampukah aku menjadi sahabatmu? Atau aku harus memohon pada semesta menjadi bagiannya? Terbang bebas mengepak berkali mencicip segar udara Bahkan tak pernah melihat di bawah Kupaham gunung, bukit, atau apapun namanya hingga kuingin bercengrama dan bertutur  Melintasi dan membisikkan alunan dari tanahku Aroma tanah yang kupijak tenyata terlalu pekat Biarlah angin membawaku Dengan senang hati

Musim

K atanya, musim ini adalah musim hujan Musim yang mulai kubenci dengan berbagai hujan yang melelahkan Dengan berbalut jas atau mantel yang kulekatkan erat tanpa celah Namun, ternyata angin lebih piawai tuk menyusup ke celah Rasanya dingin ntah mengapa tidak untukku Mungkin hanya awal, tetapi burung menyaksikan bahwa aku tak kedinginan M usim sebenarnya apa? Apa yang diinginkan dari pembalikan huruf yang sebenarnya tak ajek? M usim, aku benci datang dan pergi Mengucap salam manis lalu pulang dengan hujan Menyusuri malam dengan berbagai kecup serangai angin  Sore ini lebih tepatnya, sepertinya motor itu mengantarku ke jalan salah Memutari kota yang tak kuketahui hingga menyontak pikiran lalu diam Kau dingin? tidak, biarlah kugengam dan tak kulepas mantal pink ini Lalu, mereka menyaksikan dirinya di sorot mata terdalamku Sesuatu yang berhenti dan memulai tuk bertambah di ujung mata Kumulai gas tuk pergi mengucap selamat  Menyusuri jalan awal hingga akhir  Kueja satu per satu...

TAKUT

H anya melalui sebuah telepon menjadikan sebuah keinginan yang tak terkandali. Lidahnya memang lebih lihai dari ahli seahli di dunia. Memang terkesan biasa saja, tetapi benar-benar berdampak luar biasa. Hanya mengobrol dengan rekan terkait percintaan yang tidak dapat ditahan. Lalu, cinta mana yang ditunggu dan diulur lagi? Pertanyaan yang membosankan. Namun, nyatanya memang membosankan dan terkesan selalu dia remehkan. Namun, ia lupa adanya lelaki yang mendengar tiap detik dan tiap kata-kata dari lidah yang mungkin tak punya otak.  Akhirnya, dua kata yang menancap dadakan di dada lelaki itu, bosan dan diremehkan. Lelaki itu merasa bahwa ia memberikan segalanya kepada perempuan itu, perempuan yang pernah mencari dan mengejar cintanya. Namun, perempuan itu kini berubah seubah-ubahnya waktu.  "Matiin teleponnya, aku gak kuat dengar pembicaraan kamu," pungkasnya sambil mematikan telepon gengam perempuan itu. "Kamu kenapa sih selalu mengungkit masa lalu? Itukan dulu! Aku udah...
RUDAT A s usual, i am trying to write everything, specially the emotional things that i must make them free from my brain. I just remember that one girl who is growing up now as lady. This year, she graduated from prestigious university in this town, further more in this country. She just sit in center of office and image everything that canceled last years before. Hope, love, money, popularity, etc. that she try to pursuit. Those are dreams that must come true, she said. Yet, earth said different thing. She must growing with reality, not in dream land.  Y esterday, she rode about announcement of student exam for entering university in this country. She was happy, but it made her cried in her soul. She thought that she stagnant with all situation. Quarter life crisis, all people said that. But, she rather believe that is not only cause the term of that language in psychology, but also from majority experiences.  A ll stories made time by time with the time flies so fast. She a...

Aku Mencintaimu (Kembali)

 M alam ini, kulihat ribuan lampu berkedip dari lantai 35 di Kota Jakarta Langitnya yang hanya menyisakan satu bintang dan segumpalan awan hitam pekat Malam ini, agak dingin dari biasanya Aku tak tahu sedang apa kau di seberang pulau, apakah kau baik-baik saja atau terluka akibat rasa kekesalan dariku? Anginnya semilir ini meniupkan bahwa aku butuh kamu B utuh waktu lama semenjak kau pergi dari pulau ini Dengan lagu Lonely dari Garry yang membuat kita pura-pura berdendang akan sebuah perpisahan Aku sebenarnya begitu menyesali keputusan kau tuk pergi dari pulau ini Bukankah jarak akan membunuh kita? Apalagi malam ini, aku biasanya mengobrol dan kau menemaniku hingga terlelap Namun, ternyata hati ini terlalu emosional sehingga meneteskan air mata perlahan Aku bahkan berani untuk mengarungi pulau ini tuk menemuimu Mungkin niatku hanya bermain semata, namun aku menemukan perasaan yang mungkin sudah terlupa  Perasaan sedih akan kehilangan kamu, aku merasakan sendiri di balkon ini A...

Suatu Pagi

 K ita takkan pernah ke mana-mana Namun, dengan kata tajam, kita dapat berdebat dan berkelahi begitu hebat Kuingat kau duduk terpaku bersama gawaimu Lalu di mana diriku yang harus diselipkan di antara keasyikanmu? L antas, kita memang begitu mudah terpicu oleh percikan amarah Menjadi dan semakin menjadi Kukira kita belajar bersama tuk menjadi dewasa utuh Namun, tetap semuanya serba tunjuk Kuingat setumpuk berpiring gorengan yang kuhangatkan pagi itu Kutendang dan semuanya buyar tuk melepaskan amarah yang menjadi Lalu, kuingat betul bahwa kau duduk di lantai kamar mandi dingin Menangis dan kecewa dengan segala hal Lalu, kau guyur kepala dan badanmu dengan bergayung-gayung air Kau hentakan kepal tanganmu bersama lantai Kiranya, aku sungguh takut Kau buang gawaimu ke ember itu Aku masih ingat percis cahaya dari gawai itu Hingga akhirnya, kau pecahkan dan terbelah menjadi dua Kita sama-sama egois, pelukan satu dengan satu lainnya hanyalah omong kosong Kita lupa telah merajut berbagai a...

CANDU RACUN

 Sudah lama aku memendam sesuatu yang tak bisa kuungkap kepada siapa pun, bahkan ibuku sendiri. Berbagai hal mungkin harus dipendam dalam-dalam seakan tidak ada yang mengetahui. Begitu lama ternyata kurajut semua asa bersama lelaki yang mungkin dapat kunamai sebagai Le. Entah mengapa, aku suka memanggilnya sebagai itu. Kita sudah lama merajut, bahkan tanganku sudah lelah dan pegal mengikuti berbagai alur yang ada. Aku lelah, Le. Sebenarnya, lampu hijau sudah menggaung sejak beberapa minggu ini. Namun, Le, dirimu tetap menjadi dirimu yang lebih senang menyendiri akan sebuah kehidupan. Lalu, aku sebagai apa? Sesuatu yang dibuang di laut hingga kini terombang-ambing. Namaku, Minah. Nama Indonesia sekali. Rupanya, mencintai lelaki dan mengejar dirinya adalah kepuasan bagiku. Namun, ketika lelaki tersebut berada di tanganku, aku sudah bosan. Apakah ini racun atas candu yang disebut sebagai mengejar?